Friday, February 02, 2007

Shalom
Saudara yang berbahagia!

Pernahkah anda merasa bahwa diri anda tidak berarti? Apakah anda merasa kecewa dengan diri yang telah diberikan Oleh Tuhan? Apakah anda pernah merasa, bahwa anda adalah orang yang berkualitas lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan sekerja anda?
Ada sebuah cerita, pada suatu waktu, hiduplah seorang tukang batu (pekerjaanya menggali batu) di sebuah desa. Ia bekerja untuk sebuah perusahaan pemahat batu yang tidak begitu besar. Pekerjaanya sehari-hari hanyalah kembali ke gua galiannya kemarin untuk melanjutkan memukul-mukulkan palunya ke dinding gua, "tak...tak...tak...tak...", agar batu dapat berjatuhan dan dibawa pulang untuk ditukarkan dengan nasi. Suatu ketika, ia pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Dalam perjalanannya, ia melihat sebuah rumah besar, dan pagar yang menjulang tinggi. Kemudian ia mengintip ke dalammnya, dan melihat seorang gubernur sedang dilayani oleh para pembantunya. "Alangkah senangnya menjadi seorang gubernur... Andaikata aku menjadi seperti dia." Tiba-tiba, secara ajaib, ia terbangun di atas kasur, dan sedang dilayani oleh banyak pembantu. Ia merasa heran lalu tersenyum sendiri. Tak lama kemudian, seorang pembantu mengabarkan, bahwa Raja memanggil setiap gubernur untuk memberikan upeti. Sesampainya di istana, ia merenung, "Andaikata aku jadi raja, pasti semuanya tunduk padaku..." Sama halnya dengan kejadian tadi, iappun menjadi raja. Ia kemudian mengunjungi setiap wilayah kekuasannya, sampai ujung, tetapi ia segera menyadari, pakaian seorang raja begitu panas karena matahari amat terik. Ia kemudian mengandai lagi, "Andaikata aku jadi matahari, pasti semua takluk...". Secara cepat ia menjadi matahari. Ia membakar kulit-kulit manusia, dan memanasi isi bumi. Namun, secara lambat tapi pasti, segumpal awan menghalangi sinarnya. Seperti dugaan kita, ia menjadi awan. Namun sayangnya awan amat mudah diterbangkan angin. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi sang angin. Ia menerbangkan awan-awan, menakuti manusia dengan badai dan guntur, dan menghancurkan rumah-rumah dengan topan, namun ia kemudian menabrak batu karang. Ia kalah. Ia kemudian memutuskan untuk menjadi batu karang. Secara percaya diri, ia memegahkan tubuhnya yang dihempas ombak, namun tak terrgoyahkan. "Ini dia yang paling luar biasa. Akulah yang terhebat." Kata-kata itu selalu diam dalam hatinya, sampai ia mendengar sesuatu dari bawah, suara pelan tapi pasti, "tak...tak...tak...tak...".


Percayalah pada diri anda, andalah yang terbaik !